Rabu, 16 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TETANUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TETANUS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:
BENIDIKTUS ALVIAN
EMILIANA
JEPSI SUJANA
MARIANA BERNA
SAKATRI
SY.VALENTINUS
TOHANES VITO

AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA
JAKARTA
2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas rahmat dan berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah  ini.
Penulis menyusun makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami dan mengerti tentang ASKEP PADA ANAK DENGAN TETANUS”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat kesulitan dan masalah. Namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan  ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hendrawati .SKM,  Selaku dosen pengajar mata ajar keperawatan Anak dan kepada teman-teman yang telah mendukung dan telah memberikan banyak masukan untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis mohon maaf apabila makalah ini tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pembaca. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan sehingga memajukan dalam  pembuatan makalah berikutnya.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Jakarta ,13 Juni 2011

                                                                                                        penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR     ................................................................................         i
DAFTAR ISI....................................................................................................        ii
BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar belakang..........................................................................        1
B.     Tujuan penulisan.......................................................................        1
C.     Ruang lingkup...........................................................................        1
D.    Metode penulisan......................................................................        2
E.     Sistematika penulisan................................................................        2
BAB II      TINJAUAN TEORI
                  A.  Pengertian Tetanus. ..................................................................        3
                  B.  Etiologi.....................................................................................        3
                  C.  Patofisiologi..............................................................................        3
                  D.  Manifestasi klinis......................................................................        4
                  E.   Komplikasi...............................................................................        4
                  F.   Pemeriksaan penunjang.............................................................        4
                  G. Penatalaksanaan........................................................................        5
Bab III      KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
                  A. Pengkajian ................................................................................        7
                  B. Diagnosa keperawatan..............................................................        8
                  C. Intervensi..................................................................................        8
                  D. Implementasi.............................................................................      12
                  E.   Evaluasi.....................................................................................      12
BAB IV PENUTUP  
                  A.  Kesimpulan...............................................................................      13
                  B.  Saran   ......................................................................................      13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
                  Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan , dimana masih terjadi di masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.
                  Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun 1890, diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. Lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus. (Nicalaier 1884, Behring dan Kitasato 1890 ).sebagian besar pasien tetanus berusia > 3 tahun dan < 1 minggu. Dari seringnya kasus tetanus serta kegawatan yang ditimbulkan, maka sebagai seorang perawat atau bidan dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

B. Tujuan Penulisan
1.   Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit tetanus mencakup definisi, etiologi, patofisiologi, penegakkan diagnosis khususnya gambaran dari pemeriksaan radiologis yang mungkin ditemukan, diagnosis banding, serta penatalaksanaannya.
2.   Tujuan khusus
Agar kita sebagai mahasiswa/i akademi keperawatan lebih mendalami tentang penyakit tetanus. Dan juga untuk memenuhi tugas makalah yang diberikan oleh dosen pengajar.

C.  Ruang lingkup
             Dalam penyusunan makalah in penulisi hanya membahas atau menyampaikan  tentang penyakit tetanus.


D.  Metode penulisan
            Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan  dimana penulis mempelajari buku-buku yang dapat dijadikan referensi serta penulis juga menggunakan internet untuk lebih memperlengkap data-data atau bahan-bahan yang sudah ada.

E.  Sistematika penulisan
Makalah ini penulis susun secara sistematis yang terdiri dari 4 bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, & sistematika penulisan
Bab II : Landasan teori,yang mencakup pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, serta penatalaksanaan.
Bab III  : Konep dasar asuhan keperawatan,yang meliputi pengkajian,diagnosa keperawatan,intervensi ,implementasi ,dan evaluasi.
Bab IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.







BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  Pengertian
      Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan.Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.

B. Etiologi
      Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 0 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.

C.  Patofisiologi
      Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh aritititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.

D.  Gejala klinis
      Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir.

E.  Komplikasi
     Bronkopneumoni
    Asfiksia dan sianosis
F.   Pemeriksaan diagnostik
     Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang
     Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L
     Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot rahang.
     Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
     Pemeriksaan Ecg  dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

G.  Penatalaksanaan
a.   Umum
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera diberikan :
       1.   Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka tidak boleh diberikan IV)
       2.   Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip; Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
       3.   Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.
       4.   Beta-adrenergik bolcker; propanolol inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
       5. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.
       6. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi dapat diganti dengan tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.
       7.   Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
       8.   Diit TKTP melalui oral/ sounde/parenteral
       9.   Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.
       10. Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.
       11. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi otot dan ambulasi selama penyembuhan.

b.   Pembedahan
       1.   Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
       2.   Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi



















BAB III
KOSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
1.   Riwayat kehamilan prenatal. Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT.
2.   Riwayat natal ditanyakan. Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3.   Riwayat postnatal. Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menetek dengan gejala kejang yang pertama (period of onset).
4.   Riwayat imunisasi pada tetanus anak. Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir
5.   Riwayat psiko sosial.
       -     Kebiasaan anak bermain di mana
       -     Hygiene sanitasi
6.   Pemeriksaan fisik.
       -     Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus, bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi sukar menetek, mulut “mecucu” seperti mulut ikan. Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis.
       -     Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus).
       -     Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata agak menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.
       -     Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot pinggang, semua trunk muscle.
       -     Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status konvulsius.
       -     Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah, atau gigitan binatang.
7.   Pengetahuan anak dan keluarga.

B.  Diagnosa Keperawatan
1.   Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus
2.   Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
3.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulut
4.   Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.
5.   Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang.
6.   Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aktifitas atanuslysin.
7.   Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang.
8.   Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan perubahan position kesehatan, penata laksanaan gangguan kejang.

C.  Intervensi Keperawatan
Dx. 1.  Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus.
Tujuan :     Anak memperlihatkan kepatenan jalan nafas dengan kriteria jalan nafas bersih, tidak ada sekresi
Intervensi
Rasional
1.   Kaji position pernafasan, frekwensi, irama, setiap 2 – 4 jam
      2.   Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan pasti bila ada penumpukan sekret
      3.   Gunakan sudip lidah saat kejang
      4.   Miringkan ke samping untuk drainage
      5.   Observasi oksigen sesuai program
      6.   Pemberian sedativa Diazepam drip 10 Amp (hari pertama dan setiap hari dikurangi 1 amp)
      7.   Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

Dx. 2.   Defisit volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan yang dengan
kriteria:
-      Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik
Intervensi
Rasional
1.    Kaji intake dan out place setiap 24 jam
2.    Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, dan turgor kulit setiap 24 jam
3.   Berikan dan pertahankan intake oral dan parenteral sesuai indikasi ( infus 12 tts/m, NGT 40 cc/4 jam) dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien
4.   Monitor berat jenis urine dan pengeluarannya
5.   Pertahankan kepatenan NGT

Dx. 3.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris, kesukaran menelan dan membuka mulut
Tujuan : Status nutrisi anak terpenuhi dengan kriteria:
-Berat badan sesuai usia
-makanan 90 % dapat dikonsumsi
-Jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi anak (protein, karbohidrat, lemak dan viotamin seimbang
Intervensi
Rasional
1.   Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
2.   Kaji bising usus bila perlu, dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang kejang
3.   Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
4.   Timbang berat badan sesuai protokol

Dx. 4.   Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.
Tujuan : Tidak terjadi aspirasi dengan kriteria:
-     Jalan nafas bersih dan tidak ada sekret
-     Pernafasan teratur
Intervensi
Rasional
1.   Kaji position pernafasan setiap 2-4 jam
2.   Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati
3.   Gunakan sudip lidah saat kejang
4.   Miringkan ke samping untuk drainage
5.   Pemberian oksigen 0,5 Liter
6.   Pemberian sedativa sesuai program
7.   Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
Dx. 5.  Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang
Tujuan : Cedera tidak terjadi       
Kriteria :
-     Klien tidak ada cedera
-     Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman.
Intervensi
Rasional
:
1.   Identifikasi dan hindari faktor pencetus
.
      2.   Tempatkan pasien pada tempat tidur pada pasien yang memakai pengaman.
      3.   Sediakan disamping tempat tidur tongue spatel.
      4.   Lindungi pasien pada saat kejang.
      5.   Catat penyebab mulai terjadinya kejang.

Dx. 6.  Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tetanus lysin, pembatasan aktifitas (immobilisasi)
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria :
Tidak ada kemerahan , lesi dan edema
Intervensi
Rasional:
1.   Observasi adanya kemerahan pada kulit.
2.   Rubah posisi secara teratur.
3.   Anjurkan kepada orang tua pasien untuk memakaikan katun yang longgar.
4.   Pantau masukan cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa.
5.   Pertahankan hygiene kulit dengan mengeringkan dan melakukan masagge dengan lotion.

Dx. 7.  Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan :     Kebutuhan aktifitas sehari-hari/perawatan diri terpenuhi, dengan criteria Tempat tidur bersih,Tubuh anak bersih,Tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK dapat dibantu.
Intervensi
Rasional
1.   Pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari
.
2.   Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktifitas, BAB/BAK, membersihkan tempat tidur dan kebersihan diri
3.   Berikan makanan perparenteral
4.   Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Dx. 8.  Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang
Tujuan :     Orang tua menunjukan rasa cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak yang dialami, dengan kriteria : Orang tua klien tidak cemas dan gelisah.
Intervensi
Rasional
1.   Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anak
2.   Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang kondisi anaknya.
3.   Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
4.   Gunakan komunikasi dan sentuhan terapetik.

D.  Implementasi
             Implementasi merupakan penerapan dari perencanaan keperawatan yang telah ditetapkan  untuk mencapai suatu tujuan,kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan – mengobservasi respon sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan.Tujuan tahap pelaksanaan ini adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup kesehatan dan pencegahan penyakit.

E.  Evaluasi
             Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperwatan dimana perawat  menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan kondisi klien sejauh mana masalah klien dapat diatasi,disamping itu perawat juga membarikan umpan balik atau pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai maka dalam hal ini proses keperawatan yang dimodifikasi.





BAB IV
P E N U T U P

Setelah kami menyusun makalah ini dengan judul asuhan keperawatan pada Anak dengan Tetanus, kami menyipulkan dan memberi saran sebagai berikut :
A.  Kesimpulan
            Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan.
            Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.

B. Saran
          Dalam melakukan praktek asuhan keperawatan agar mempersiapkan diri dengan membaca literature tentang penyakit Tetanus sehingga dalam melaksanakan sesuai dengan teori dan bersenambungan baik dalam pendokumentasian maupun dalam pelaksanaan keperawatan, dan meningkatkan komunikasi dengan perawat ruangan atau tim kesehatan lainnya.











DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia A, 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed4. Jakarta. EGC.

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

1 komentar: